Putus Sekolah dan Sukses, Richard Branson dan Sukanto Tanoto Tetap Memandang Penting Pendidikan
Banyak yang salah memahami bahwa pendidikan itu
tidak penting bagi seorang pengusaha. Paham bagaimana cara menjual, banyak
relasi, dan memasarkan produk yang dibutuhkan masyarakat dianggap lebih
penting. Pemahaman tersebut muncul karena melihat sejumlah orang sukses yang
bisa berhasil meski tanpa menempuh pendidikan di sekolah. Padahal, pemikiran
tersebut tidak tepat karena sejatinya pendidikan berkualitas tetap dibutuhkan
oleh seorang entrepreneur.
Pengalaman
pengusaha sukses Indonesia, Sukanto Tanoto, dan Richard
Branson (pendiri Virgin Group) dapat menjadi kisah inspirasional. Meski
sama-sama putus sekolah dan sukses,
keduanya tetap memandang pendidikan sebagai hal penting.
Setelah
putus sekolah pada umur 16 tahun, Branson tidak lagi menempuh pendidikan fomal.
Namun, ia tetap memandang pendidikan sebagai hal yang penting, hanya saja
bagaimana cara untuk mendapatkannya yang berbeda.
Saat
membangun Virgin Group, Branson mengaku mendapatkan beragam pelajaran penting.
Ia mesti belajar berbagai hal agar usahanya dapat berjalan dan terus
berkembang. Oleh karena itu, ia berkata, “Banyak yang berasumsi bahwa pengusaha
muda mesti memilih antara meneruskan pendidikan atau memulai sebuah bisnis.
Pada kenyataannya, dua hal tersebut dapat berjalan bersama.”
Perjalanan
Sukanto Tanoto tidak berbeda jauh dengan Branson. Kisahnya bisa menjadi inspirasi bisnis sukses. Setelah terpaksa berhenti
sekolah pada usia muda karena harus membantu keluarga,
Sukanto
Tanoto tetap merasa perlu untuk mengembangkan diri lewat pendidikan formal. Maka,
ia menempuh sekolah bisnis di Jakarta hingga mengambil pendidikan di beberapa
perguruan tinggi terkemuka dunia seperti INSEAD, Harvard University,
dan Wharton School of the University of Pennsylvania.
“Salah satu nilai yang selalu dipegang oleh Bapak Sukanto Tanoto adalah
continuous learning. Pembelajaran tidak harus selalu terjadi di ruang kelas.
Kita bisa belajar dari berbagai sumber. Misalnya dari membaca berbagai buku dan
bertanya kepada mereka yang telah menjadi ahli di bidangnya,,” kata putera Sukanto
Tanoto, Anderson Tanoto.
Sukanto
Tanoto merasa terpanggil untuk menularkan semangat belajar yang dimilikinya. Ia
juga tidak mau orang lain menyepelekan arti pendidikan yang sesungguhnya sangat
bermanfaat. Atas dasar itulah, ia dan istrinya, Tinah Bingei Tanoto, memulai kegiatan filantropi melalui Tanoto Foundation pada 1981.
Awal
mulanya Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto mendukung
adanya pendidikan untuk warga di Besitang, pedalaman Sumatera Utara, melalui Taman
Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Mereka kemudian mengembangkan kegiatannya dengan fokus
ke pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kualitas hidup untuk daerah-daerah lain di Indonesia.
Salah satu misi Tanoto Foundation adalah membantu orang untuk mengakses pendidikan
berkualitas. Oleh karena itu program beasiswa Tanoto Foundation dapat diikuti oleh siapa
saja, asalkan memenuhi standar akademis yang telah ditentukan,
lolos dalam
seleksi administrasi, psikologi, hingga wawancara. Hingga kini sudah lebih dari
6.700 orang yang sudah mendapatkannya.
Selain
itu, Tanoto Foundation juga berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia dengan cara menggelar program Pelita Pendidikan. Di dalam program
tersebut terdapat sejumlah kegiatan seperti memberi pelatihan kepada para guru
dan perbaikan fasilitas sekolah.
“Pendidikan telah menjadi perhatian kami sejak lama.
Walaupun kami berdua tidak menyelesaikan pendidikan formal, kami tidak pernah
berhenti belajar. Kami selalu memanfaatkan kesempatan untuk belajar di mana
saja dan kapan pun,” ujar Sukanto Tanoto.
Post a Comment