Inspiratif! Inilah Profil Penerima Anugerah Peduli Pendidikan 2015
Anugerah Peduli
Pendidikan (APP) 2015 diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada 22
penerima yang terbagi dalam 5 kategori. Kategori penerima 2015 meliputi
perusahaan, pemerintah daerah, organisasi nirlaba dan kelompok masyarakat,
individu, dan media. Setiap kategori dirinci menjadi beberapa sub kategori.
Kategori individu
dibedakan menjadi 4 sub kategori, yaitu
kreatifitas pendidikan, inovator teknologi pendidikan, blogger, dan pendidikan
daerah 3T. Penerima Anugerah Peduli Pendidikan 2015 untuk kategori individu terdiri
dari 7 orang, yaitu Ranu Iskandar (kreatifitas pendidikan), Mustakim
(kreatifitas pendidikan), Arwahyu Sugito (inovator teknologi pendidikan), Deni
Ranoptri (blogger), Agus Dwianto (blogger), Fetty Diana Sari (pendidikan daerah
3T), dan Rotua Connydio Simanjutak (pendidikan daerah 3T). Berikut profil untuk
masing-masing individu penerima APP 2015 berdasarkan buku profil penerima APP
2015.
Penerima APP 2015 Kategori Individu (mulai dari 4 dari kiri)
RANU ISKANDAR
Pemuda yang masih
menjadi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta ini dikenal aktif dalam banyak
bidang, serta kreatif dalam menyajikan
materi pembelajaran sehingga tidak membosankan bagi yang menerimanya.
Ketulusannya dalam berbagi ilmu dengan lingkungan serta kepiwaiannya dalam
membuat alat peraga pendidikan membuat pemuda ini disukai dan dikenang oleh
orang-orang yang pernah bekerja bersamanya.
MUSTAKIM
Kepeduliannya
terhadap rendahnya minat siswa dan juga kemampuan guru dalam menyampaikan
pelajaran sejarah, membuat guru sejarah yang sekarang menjadi pengawas sekolah
ini memutar otaknya dengan keras. Hasil karyanya terwujud menjadi beberapa buku
sejarah lokal dan dalam bentuk video sejarah sebagai sarana belajar. Tentu saja
belajar sejarah menjadi lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa dan
siapapun yang mau belajar sejarah.
ARWAHYU SUGITO
Tinggal di daerah
pegunungan dengan akses yang tidak mudah membuat guru yang paham teknologi
informasi ini mencari akal agar internet bisa diakses oleh sekolah-sekolah yang
ada di pelosok desa di Banjarnegara. Dengan daya inovasi dan dukungan biaya
swadaya, maka sejak 2010 sudah hampir 65% sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas yang ada di desa-desa yang sudah bisa menikmati akses wifi antar
sekolah hasil karyanya.
DENI RANOPTRI
Ketekunan guru
sekolah dasar yang menjadi blogger dalam mengumpulkan, membagi dan memilah-milah
informasi yang berkaitan denga informasi pendidikan ini sangat membantu para
guru SD yang lain.
Di tengah derasnya
arus informasi melalui media internet dan masih adanya beberapa kalangan yang
gaptek, blog guru SD ini sangat diminati para guru SD dari seluruh Indonesia.
Blog ini memuat banyak informasi yang mereka butuhkan dan bahkan membantu
mereka dalam tugas keseharian sebagai guru.
AGUS DWIANTO
Guru yang satu ini
selain aktif mengajar di sekolah pertama, juga aktif menjadi blogger. Blognya
banyak memuat artikel tentang pendidikan dan pembelajaran serta tutorial yang
berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi. Tulisan yang jelas dan
menarik membuat blog ini banyak dikunjungi, terutama oleh rekan guru yang lain.
Mereka banyak terbantu dengan tutorial yang dimuat di blog sang pengajar ini.
FETTY DIANA SARI
Anak muda yang ikut dalam SM-3T (sarjana
mendidik di daerah terdepan, terluar,dan tertinggal) ini bersama rekan-rekannya
mampu mengabdikan diri dan bersikap profesional saat bertugas untuk
memajukanpendidikan di daerah tertinggal. Di pelosok yang fasilitasnya minim,
mereka berusaha memberikan lebih dari sekadar tugas SM-3T. Kecuali mengajar,
memperbaiki fasilitas perpustakaan, dan meningkatkan disiplin di sekolah,
mereka juga terlibat dalam kegiatan masyarakat sekitarnya. Anak muda ini
menginisiasi kegiatan pendidikan non formal untuk penghapusan buta aksara, baca
Al-Quran, lomba pidato dan juga
olahraga.
ROTUA CONNYDIO SIMANJUTAK
Pulau Luang, Desa
Luang Timur, Kecamatan Mdona Hyera, Kabupaten Maluku Utara Barat Daya adalah
nama desa tanpa sinyal handphone, tanpa listrik, tempat di mana gadis ini
mengajar. Untuk mencapai lokasi dia harus mempertaruhkan nyawa dengan naik
kapal barang berlayar selama 4 hari dan tidak bisa mandi, karena tidak ada air
dan kamar mandi untuk penumpang. Di Pulau Luang itu bekal mengajar hanya pulpen
dan buku tulis, karena tidak ada buku cetak sama sekali. Setahun gadis itu
mengabdi, dengan segenap pengorbanan waktu, tenaga, pikiran bahkan nyawanya
demi pendidikan masyarakat di Pulau Luang yang lebih baik.
Demikian profil 7
individu penerima Anugerah Peduli Pendidikan 2015. Semoga bisa menginspirasi
kita semua.
Slamat mas Deny Ranoptri, artikel blognya memang sangat bermanfaat.
ReplyDelete