Bedah Kisi-kisi UKG 2015 (bagian 1)
Uji
Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 kini mulai berlangsung di seluruh Indonesia.
Para guru di berbagai daerah pun menyiapkan diri untuk mengikuti program
pemerintah ini. UKG dilangsungkan secara online. Artinya, setiap guru akan
dihadapkan pada komputer di Tempat UKG (TUKG) masing-masing, tidak lagi dengan
kertas.
Pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan kisi-kisi UKG
untuk setiap mata pelajaran sesuai tugas mengajar guru. Para guru dapat
menjadikan kisi-kisi UKG tersebut sebagai panduan dalam menyiapkan diri untuk
mengikuti UKG.
Berikut
ini sedikit kupasan mengenai kisi-kisi UKG tahun 2015 yang rencananya saya
posting dalam beberapa bagian. Bedah kisi-kisi UKG disajikan berdasarkan
indikator esensial yang tersaji pada tiap butir kisi-kisi UKG. Para guru dapat
mempelajari bedah kisi-kisi UKG ini secara online di web SangPengajar.Com
melalui komputer, laptop, smarthphone, atau pun tablet masing-masing.
Indikator
1
Membedakan
berbagai aspek perkembangan peserta didik berdasarkan ciri-cirinya
Materi
Pendukung: Perkembangan Peserta Didik
Dalam
tahap perkembangannya, peserta didik SMP
berada pada tahap periode perkembangan
Operasional formal (umur 12-18 tahun). Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis. Berikut ini disajikan
perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran, yaitu perkembangan
aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
Perkembangan
Aspek Kognitif
Menurut
Piaget (dalam Depdiknas, 2006: 8), periode usia peserta didik SMP merupakan‘period of formal operation’.
Peserta didik pada tahap usia ini memiliki kemampuan berfikir secara simbolis
dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek
yang konkrit atau bahkan objek yang visual. Peserta didik dapat memahami hal-hal yang bersifat
imajinatif. Implikasinya dalam pembelajaran IPA
bahwa belajar akan bermakna jika materi pelajaran sesuai dengan minat
dan bakat peserta didik . Pembelajaran IPA akan berhasil kalau penyusun
perangkat pembelajaran dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan
variasi materi pelajaran dengan harapan dan karakteristik peserta didik sehingga motivasi belajar mereka berada pada
tingkat maksimal.
Peserta
didik juga mengalami perkembangan tujuh kecerdasannya. Tujuh kecerdasan yang
dikenal dengan Multiple Intelligences
dikemukakan oleh Gardner (dalam Depdiknas, 2006: 8), yaitu: (1)
kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional), (2) kecerdasan
logis-matematis (kemampuan berfikir runtut), (3) kecerdasan musikal (kemampuan
menangkap dan menciptakan pola nada dan irama), (4) kecerdasan spasial
(kemampuan membentuk imaji mental tentang realitas), (5) kecerdasan
kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus), (6)
kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan
mengembangkan rasa jati diri), dan (7) kecerdasan antarpribadi (kemampuan
memahami orang lain). Di antara ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan
karakteristik keilmuan IPA akan dapat berkembang pesat dan bila dapat
dimanfaatkan oleh guru IPA untuk berlatih mengeksplorasi gejala alam, baik
gejala kebendaan maupun gejala kejadian/peristiwa guna membangun konsep IPA.
Perkembangan
Aspek Psikomotor
Aspek
psikomotor peserta didik merupakan salah satu aspek yang penting untuk
diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor peserta didik melalui
beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut yaitu:
- Tahap kognitif: tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi karena peserta didik masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu gerakan.
- Tahap asosiatif: pada tahap ini, seorang peserta didik membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor.
- Tahap otonomi: pada tahap ini, seorang peserta didik telah mencapai tingkat autonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi karena peserta didik sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan.
Perkembangan
Aspek Afektif
Perkembangan
aspek afektif peserta didik turut menentukan keberhasilan pembelajaran IPA.
Aspek afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta
didik. Faktor pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku peserta didik yang sangat penting dalam penguasaan berbagai
materi pembelajaran, yang meliputi:
- Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.
- Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.
- Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dsbnya.
- Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
- Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
- Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain (Depdiknas, 2006: 10-11).
Guru
harus memahami tahap-tahap perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektif
peserta didiknya, agar ketika mendesain dan melaksakan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Dengan demikian dapat tercipta proses pembelajaran yang bermakna.
Bersambung....
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 standar kompetensi Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Sanawiyah: pedomam khusus mata pelajaran Sains. Jakarta: Dharma Bhakti.
Mantap pak
ReplyDeleteHe he..makasih bu Aries...
ReplyDeleteberhubung UKG tanggal 12 Desember ini, akhirnya saya baca ini juga....
ReplyDelete