Tunjangan Sertifikasi Guru vs Beasiswa S2
Judul posting
SangPengajar kali ini bisa jadi membuat pembaca bingung. He...he...Saya sengaja
mengangkat tema “sertifikasi guru vs beasiswa S2” karena ada hal yang saya coba
komparasikan dari keduanya. Komparasi ini muncul ketika saya, setahun yang
lalu, dihadapkan pada kedua pilihan ini, terus mendapatkan tunjangan
sertifikasi guru atau sertifikasi dipending dahulu dan digantikan dengan
beasiswa S2.
Kesempatan
melanjutkan studi secara gratis ditawarkan pemerintah setiap tahunnya.
Kesempatan itu adalah program beasiswa S2 dari Direktorat
Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan bagi guru pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Tahun 2014
lalu saya mengikuti seleksi beasiswa S2 ini di
Makassar dan akhirnya dinyatakan
lulus.
Konsekuensi yang
harus saya ambil saat memutuskan untuk mengikuti tugas belajar tentu saja salah
satunya adalah melepaskan untuk sementara tunjangan sertifikasi guru yang
sebelumya telah saya terima sekian bulan. Selain konsekuensi utama yaitu
meninggalkan keluarga. Saat itu beberapa teman memberikan pandangan yang
berbeda-beda mengenai keputusan saya untuk menempuh tugas belajar S2. Ada teman
yang berpendapat “lebih baik tetap menerima sertifikasi guru, kan bisa juga
untuk kuliah. Dengan begitu masih bisa berkumpul dengan keluarga selalu”.
Pendapat yang lain menyebutkan, “Mumpung masih muda, ambil saja! Kesempatan
baik bisa mendapatkan tugas belajar secara penuh”. Selain itu ada juga yang
mencoba memberikan pertimbangan praktis,
berupa perbandingan jumlah dana yang diterima (kalo sertifikasi dapat segini,
kalo beasiswa dapat segitu, he..he..).
Keputusan pun saya
ambil setelah bermusyawarah dengan keluarga, yaitu mengambil kesempatan tugas
belajar. Keputusan ini ternyata adalah keputusan yang tepat menurut saya,
karena bisa jadi kesempatan yang sama belum tentu ada di waktu-waktu
berikutnya. Beasiswa S2 yang diberikan pemerintah pun menjamin setiap kebutuhan
kita, mulai dari biaya studi, biaya buku, biaya hidup, maupun biaya perjalanan
menuju kampus. Selain itu, kami juga mendapatkan fasilitas berupa tas ransel untuk kuliah. Dengan biaya lengkap
dan fasilitas ini rasanya tak ada penyesalan atas keputusan yang saya ambil.
Ini adalah pilihan tepat!
Bagi anda yang saat
ini dihadapkan pada pilihan yang sama, yaitu sertifikasi atau beasiswa beberapa
pertimbangan ini bisa dijadikan tambahan referensi: (1) beasiswa S2 adalah
kesempatan langka yang tidak semua guru mendapatkannya, karena untuk
mendapatkan beasiswa S2 (tugas belajar) kita harus lolos seleksi beberapa
tahap; (2) beasiswa S2 menjamin semua biaya yang kita keluarkan, mulai dari
biaya studi, biaya buku, biaya hidup, dan biaya perjalan pertama kali ke tempat
studi. Sehingga, tidak perlu ragu biaya tidak mencukupi jika kita bisa mengatur
keuangan dengan baik; (3) sertifikasi menuntut kinerja guru yang optimal,
begitu juga mekanisme supervisi dan pengawasannya. Artinya, untuk terus
mendapatkan tunjangan sertifikasi guru dituntut dapat mengajar dengan baik 24
jam setiap pekannya serta memiliki bukti fisik yang mendukung; (4) kualitas perkuliahan
yang ditempuh secara fokus (maaf, menurut saya) tentu akan lebih baik daripada
kita kuliah masih tetap bertugas di sekolah; (5) sertifikasi guru kembali dapat
kita nikmati setelah selesai menempuh tugas belajar. Selain beberapa
pertimbangan itu, pertimbangan karir ke depan tentu juga tidak luput dari
perhatian kita ketika akan memutuskan.
Demikian sekilas
perbandingan mengenai sertifikasi guru atau beasiswa S2, sekali lagi ini adalah
pendapat pribadi yang bisa jadi banyak orang membutuhkan share pengalaman
terkait untuk dapat memberikan keputusan. Keputusan selanjutnya tentu saja di
tangan anda !
That's what I feel too.... Heheheh
ReplyDeleteTerus berjuang untuk pilihan yang tepat
DeleteSemangat!!!
DeleteMOVE. ...move...
DeleteTerima kasih telah berbagi pandangan. Mungkin bagi seorang muslim, Hadits berikut bisa menjadi pertimbangan: Siapa yg menginginkan dunia maka harus dengan ilmu, siapa yg menginginkan akhirat maka harus dengan ilmu, siapa yg menginginkan keduanya (dunia&akhirat) maka harus dengan ilmu. Wallahu a'lam.
ReplyDeleteBenar-benar sebuah pencerahan untuk saya yang sedang berada disituasi yang sama. Semoga saya bisa mengikuti jejak bapak.
ReplyDelete